Seni Musik Tradisional Karo
Saya bukanlah seniman, sejarahwan ataupun budayawan, tetapi
saya hanyalah salah satu dari masyarakat bangsa karo yang mencintai budaya
karo, melalui tulisan ini saya ingin lebih memperkenalkan suku karo kepada
khalayak umum dan juga sebagai sarana bagi saya untuk lebih memahami budaya
dari suku saya sendiri.karena dengan membuat tulisan ini saya harus membaca
banyak artikel & buku mengenai suku karo.
Menurut para orang tua kita awal musik
tradisional karo bermula dari sebuah cerita tentang seorang putri cantik yang
meninggal, apakah itu cerita nyata atau hanya sebuah dongeng kita tak pernah
tahu. Detail ceritanya adalah sebagai berikut :
Pada mulanya manusia dijadikan Allah dengan
perantara Benua Keling, mereka hidup dalam keadaan senang dan tidak
mengenal mati, keadaan seperti ini terus terjadi hingga jumlah mereka 48
orang. Suatu hari turunlah hujan yang sangat lebat, bersamaan dengan petir
yang sambung menyambung, dan angin topan yang begitu dasyat. Pada saat itu
seorang putri yang cantik meninggal dunia, kematian putri tersebut membuat sang
permaisuri (kemberahen) sangat berduka. Ia berharap kalau dia yang lebih dulu
meninggal, bukan anaknya. Ketika harapan itu ia ucapkan tiba – tiba
terdengarlah suara, dan ternyata yang bersuara itu adalah hewan2 sebagai
berikut.
1. Tungtung
2. Dua katak
3. Cacing ( karo : gaya)
4. Kayat 7 sedahan (sejenis
kumbang)
5. Burung ampuk
Seekor dari kayat tersebut terbang kemulut
salah seorang putri yang bernama siberu mbalu (Guru simbaso). Mendengar harapan
sang permaisuri, untuk mencegah meninggalnya sang putri, maka siberu
mbalu tersebut menyuruh sang permaisuri tersebut untuk menirukan suara kelima
binatang diatas.
Setelah
mendengar perkataan siberuu mbalu tersebut, sang permaisuri langsung meminta
panda jarang pardosi dan guru mata labang untuk meniru suara tersebut.
Selanjutnya dibuatlah alat2 yang bias menimbulkan bunyi yang menyerupai suara
kelima binatang diatas.
Seperti itulah asal mulanya terbentuk musik
tradisional karo, kelima alat musik tersebut adalah :
1. Suara
Gendang = suara Tungtung
2. Suara
Serunai = Suara Gaya (cacing)
3. Suara
penganak (Canang) = Suara ampuk
4. Suara
tepik – tepuk = Suara Katak
5. Suara
Gong = Suara kayat tujuh sedahan
Kelima alat musik tersebut akhirnya disebut
dengan penggual lima sedalanen.
Seni musik tradisional karo dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
A. Seni
suara
Pada mulanya seni suara pada kesenian
tradisional karo dugunakan dalam acara untuk puji – pujian kepada dewa, makin
lama makin berkembang dan akhirnya digunakan pada acara - acara lainnya yang di
adakan oleh masyarakat karo. Pada kesenian tradisional karo, seni suara
memegang peranan yang cukup penting dalam acara pesta maupun dalam puja puji
terhadap dewa - dewa . Seni suara dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :
1. Nyanyian gembira disebut dengan
nyanyian perkolong – kolong yang dinyanyikan oleh seorang perkolong – kolong
(Perkolong – kolong ini awalnya disebut dengan permangga – mangga).
2. Nyanyian tabas atau nyanyian yang
berisikan magic dan dinyanyikan oleh guru tertabas – tabas.
3. Nyanyian tentang percintaan
atau guro – guro aron
4. Nyanyian yang dinyanyikan pada upacara
meninggal atau nyanyian yang bersifat sedih.
5. Nyanyian yang berisikan sebuah cerita
seperti nyanyian turi – turin sibarus jahe, dll.
Pada kesenian tradisional karo, seni suara
adalah salah satu alat yang memegang peranan penting dalam acara adat atau
acara – acara untuk pemujaan kepada dewa - dewa
Nyanyian/lagu karo yang awal mulanya di pakai
untuk memuji dewa2 masyarakat karo pada masa lalu, dari waktu ke waktu terus
mengalami perkembangan, namun begitu lagu – lagu tersebut masih bersifat
homophonis (lagu yang bersuara satu saja). Lagu – lagu yang bersifat homophone
tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Lagu
Tabas – tabas. Lagu tabas adalah lagu yang mengandung unsur
magic/mantra, lagu ini biasanya dibawakan oleh guru penawar dan guru perdewel –
dewel. Biasanya lagu ini dipakai dalam acara sebagai berikut :
a. Erpangir
kulau,
b. Pengobatan
tradisional karo, dan
c. Meramu
obat – obatan tradisional karo
Sifat lagu tabas itu adalah responsolial, yang
artinnya apabila seorang penyanyi bernyanyi satu bit, maka akan dijawab
serentak oleh para hadirin, misalnya:
“Enda pagar, pagar kari nini…
Sai mara kurumah tendi nini…
Lalu akan dijawab hadirin : Em buaten nini…
2. Lagu Tangis. Lagu
tangis adalah lagu yang biasa dinyanyikan pada saat upacara orang meninggal
atau untuk menyatakan kesedihan dan biasanya sipenyanyi ikut menangis saat
bernyayi. Contoh dari lagu ini adalah :
“ Adi enggo kam erpengobah ngelok impal, kam
nari nge si ajar – ajaren ras beberendu, bage kel nge nindu rupa impal karo
morgana”
“ Kam nari nge singajarken beberendu si
melumat kutadingken, bage nge nindu rupa impal karo morgana”. “Ula kam pagi
erleja – leja ngajarken beberendu si melumat denga kutadingken e,
bage nindu rupa impal”
“E maka bagem bebere mamana, adi nggo gia
bapandu ngobah ngeluk nadingken kita, ersada –ersadalah arihndu ras seninandu,
ula kam sipanjang – punjuten, maka ula pagi terdiah, bapandu nggo laws
nadingken kita”.
Demikianlah sedikit kata –kata yang biasa
dinyanyikan pada lagu tangis
3. Lagu katoneng –
katoneng. Lagu ini adalah isinya aalah pemberkatan dan pengharapan
akan kesejahteraan, lagu ini biasanya dinyanyikan oleh perkolong – kolong, guru
sibaso, guru perdewel – dewel dan perempuan – perempuan tua di kampong. Lagu
ini biasa dipakai dalam upacara :
a. Memasuki
rumah baru (mengket rumah)
b. Perkawinan
4. Lagu Pingko – pingko. Lagu
pingko – pingko adalah sejenis lagu tradisional karo yang bersifat satu suara.
Lagu ini juga biasa dinyanyikan oleh perkolong – kolong dan muda mudi dikampung
– kampung. Menurut cerita tua –tua dikampung, lagu ini bermula dari sebuah
cerita yang berjudul Sitera Jile –jile, Berikut cerita singkatnya.
Kala itu hari sudah jauh malam dan bulanpun
akan masuk ke peraduannya, ditengah malam yang sunyi lengang dikampung itu
sitera jile – jile meniup serdamnya.
Singkat waktu, ayam jantanpun berkokok pertama
kali, menandakan malam akan segera berganti pagi. Mendengar suara serdam itu,
maka perempuan – perempuan tua dikampung itupun terbangun, mereka bertanya –
Tanya kepada sesamanya “Siapakah gerangan yang meniup serdam ditengah ayam
berkokok dan malam yang akan berganti pagi ini ?”.
“Suaranya sungguh mengharukan sekali dengan
lagunya pingko – pingko”.
Demikianlah mulanya lagu pingko – pingko yang
dilantunkan sitera jile –jile dengan serdamnya dikampung itu.
5. Lagu Perkolong – kolong. Pada
mulanya perkolong – kolong ini disebut dengan permangga – manga dan akhirnya
berubah menjadi perkolong –kolong seperti sekarang ini. Lagu yang dinyanyikan
oleh perkolong –kolong bermacam – macam coraknya namun masih bersifat
homophone. Lagu perkolong – kolong ini biasanya dinyanyikan oleh orang yang
terampil menari dan mampu memikat hati para penonton dengan nyanyiannya. Contoh
lagu perkolong –kolong antara lain adalah :
a. Lagu tiga
lingga
b. Lagu
rimo malem
c. Lagu
gelang –gelang
d. Lagu
peranja mayang
e. Lagu
kolong –kolong
f. Lasam
– lasam lagu mehuli
g. dll
B. Seni musik
menggunakan peralatan
Seni musik berdasarkan alat – alat musik
tradisional karo dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
I. Kelompok
yang pertama terdiri atas :
1. Serunai
(Alat tiup). Serunai terbuat dari kayu, kayu yang digunakan tidak boleh
kayu sembarangan, jenis kayu yang dipakai adalah kayu selantam. Sebelum di buat
menjadi serunai kayu selantam ini harus diawetkan terlebih dahulu, srunai
memiliki beberapa bagian, yaitu :
a. Anak –
anak serunai, terbuat dari daun kelapa hijau yang sudah kering dan tua, daun
ini dibuat menjadi kepitan daun yang telah diraut dan bagian bawahnya diikat
dengan benang an dilapis dengan timah putih.
b. Ampang –
ampang serunai, terbuat dari perak, bentuknya bulat dan berlubang ditengah,
pada lubang tersebutlah anak serunai melekat
c. Batang
serunai, pada batang ini terdapat delapan lubang, tujuh dibagian atas dan satu
dibagian bawah serunai. lubang – lubang inilah yang menghasilkan nada
d. gundal
sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat
dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel,
sedangkan bentuk bagian luarnya konis.
2. Gendang.
Gendang dapat dibagi dua yaitu, gendang singindungi dan gendang singanaki,
gendang ini terbuat dari kayu jenis nangka dan tualang. Fungsi gendang pada
tradisi karo adalah untuk mengatur cepat atau lambatnya suatu lagu.Gendang ini
dipukul oleh dua buah alat pukul yang biasanya terbuat dari pohon jeruk purut.
Alat pukul ini ada dua macam, yaitu
a. Alat
pukul yang besar, dipergunakan di tangan kanan untuk singindungi
b. Alat
pukul yang kecil, dipergunakan di tangan kiri untuk singanaki
Gendang juga memiliki beberapa bagian, yaitu :
a. Tutup
gendang, terdapat dibagian ujung pangkalnya dan biasanya terbuat dari kulit
binatang Nipuh (Sebangsa kancil), cara membuatnya adalah : Kulit Nipuh
dikeringkan terlebih dahulu, setelah kering lalu direndam dalam air hingga
lembek, selanjutnya bulu – bulunya dibuang, kemudian kulit dikikis hingga rata
dan halus, setelah itu baru dipasang di bingkai yang merupakan lingkaran yang
besarnya serupa dengan ukuran ujung pangkal mulut gendang, bingkai ini terbuat
dari bamboo.
b. Tali gendang
atau tarik gendang, terbuat dari kulit lembu atau kerbau
c. Kay atau
badan gendang, terbuat dari kayu jenis nangka dan tualang. Ukuran lobang garis
tengahnya kira – kira 3inchi bagian pangkal, 4inchi bagian tengah dan 2inchi
bagian ujungnya.
3. Penganak
atau Canang (Alat Pukul). Penganak pada musik tradisional karo berfungsi
sebagai pengatur ritme. Penganak ini terbuat dari logam. Penganak merupakan
pukulan penggandaan dari gong dan nadanya tetap. Pemukul penganak terbuat dari
kayu yang dilapisi dengan karet.
4. Gong
(Alat Pukul). Sama seperti penganak, gong juga terbuat dari logam, pukulan
pada gong adalah selang dua kali dari tiap – tiap pukulan penganak, selain itu
juga gong berfungsi sebagai pengatur irama music dan juga berfungsi sebagai
bass pada music tradisional tersebut, pemukul gong sama dengan pemukul yang
digunakan untuk penganak
II. Kelompok
dua terdiri atas :
1. Belobat (Alat Tiup),
alat ini terbuat dari bamboo, yang dipakai adalah bamboo yang baik dan kecil
biasanya yang dipakai adalah cabang/ruas – ruas/ranggas dari bamboo. Belobat
ada dua yaitu ;
a. Belobat Pendek, belobat ini biasa dipakai dalam upacara – upacara
raleng tendi(memanggil Roh), erpangir, dll. Belobat pendek terbuat dari ranggas
bamboo yang baik, bagian pangkal belobat di sumbat dengan kayu yang memang
dibuat untuk itu dan deberi lobang kecil. Suara dari belobat tersebut muncul
dari pergesekkan udara pada lubang pangkal bamboo tersebut. Belobat pendek
memiliki enam buah lubang, lubang ketiga dan keenam akan dibuat lebih besar
dari lubang yang lainnya dan pada bagian pangkalnya terdapat ukiran – ukiran.
b. Belobat Panjang, belobat ini disebut dengan belobat pingko – pingko
dan biasa dipakai oelh pengembala kerbau. Pada dasarnya belobat ini sama dengan
belobat pendek, perbedaannya hanya pada bentuknya yang lebih panjang dan lubang
pada belobat panjang yang terdiri dari 4 atau 5 lubang.
2. Surdam (Alat Tiup),
Alat ini terbuat dari bambu, untuk memainkan alat music ini tidaklah mudah dan
butuh keahlian khusus, ada tiga jenis, yaitu :
a. Surdam Puntung. Surdam puntung terbuat dari satu ruas bambu
yang diukir, dan mempunyai lobang nada berjumlah enam buah. Mempunyai tangga
nada mayor dan minor. Surdam ini biasanya dipakai seorang secara solo, pada
malam hari oleh anak lajang ketika mau menjenguk pacarnya. Juga dipakai oleh
pengembala sapi pada waktu mengembala sapinya, dan dapat dimainkan dengan
ansambel musik gendang keteng-keteng.
b. Surdam rumamis. Surdam rumamis terbuat dari seruas bambu yang
ukurannya kira-kira sebesar ibu jari tangan dan panjangnya satu hasta. Surdam
rumamis mempunyai lima buah lobang nada ditambah satu lubang tuldak yang
berbentuk segi tiga. Hanya mempunyai tangga nada minor, dan hanya dapat
memainkan lagu tangis-tangis guru saja. Alat musik ini dimainkan hanya solo
tidak ada group musik ini.
c. Surdam tangko kuda. Surdam ini
terbuat dari bambu yang ukuran ruasnya kira-kira 90 cm dan mempunyai lobang
nada lima buah, dan satu buah lobang nada dari lima buah tadi dimainkan dengan
ibu jari kaki kiri. Lagu yang di mainkan hanya lagu tangis tangis saja, Dari
namanya, ada kisah cerita sedikit. Menjelang pagi ada seseorang yang ingin
mencuri seekor kuda, karena mendengar lagu-lagu yang dilantunkan oleh seorang
penurdam, sakin enaknya rasa pencuri ini tadi dia merasa terharu, sehingga hari
sudah terang, kuda pun tidak jadi dicuri. Alat musik ini hanya dapat dimainkan
solo, tidak pernah ada klompok musiknya.
3. Keteng – keteng (Alat pukul),
Keteng keteng adalah alat musik yang terbuat dari satu ruas bambu yang ukuran
diameter bambunya kira 22cm hingga 24cm dan panjangnya kira kira 80cm hingga 95
cm. Keteng – keteng memiliki 2 tali senar yang di ambil dari kulit bambu
tersebut dengan cara kulit bamboo di ambil dari batangnya kemudian
direnggangkan dengan kayu. Ditengah – tengah dari bambu tersebut di buat lubang bulat
dan dibuat tertutup, tutup dari lubang tersebut akan di lekatkan pada tali
senar, sehingga pada saat senar dipukul akan menimbulkan suara seperti gong,
pada keteng – keteng terdapat suara gendang, penganak dan suara gong. Alat ini
biasa dipakai pada upacara seperti raleng tendi, erpangir kulau dan persilihi.
4. Kelcapi (Alat petik),
kelcapi bisa dibilan merupakan gitarnya suku karo, kelcapi ini terbuat dari
kayu. Senar kelcapi ada dua yang pangkal senarnya melekat pada kuda-kuda badan
kelcapi dan ujung senarnya dilekatkan pada skrup yang terbuat dari kayu.
Kelcapi adalah jenis alat musik yang digunakan sebagai pengiring untuk nyanyian
yang bercerita, seperti cerita sibayak barus jahe, cerita sitera jile – jile,
dan lainnya.
5. Murbab (Alat Gesek), alat
musik ini merupakan biolanya masyarakat karo, murbab terbuat dari batok
(tempurung) kelapa dan kayu, sama seperti kelcapi murbab memiliki dua senar
yang pangkal senarnya melekat pada kuda-kuda badan kelcapi dan ujung senarnya
dilekatkan pada skrup yang terbuat dari kayu..
Sumber
: Dari Berbagai Sumber